arind

Selasa, 21 Mei 2013

Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan perkebunan adalah salah satu lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Salah satu hasil dari perkebunan adalah kakao.
Biji Kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao adalah bahan dalam pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lain-lain. Dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.
Kakao pada saat ini ditanam di 50 negara di dunia dengan produksi total sebesar 3.045.000 ton, tingkat kenaikan produksi 2,3 % pertahun, dan 73 % produksi biji kakao dunia dipasok oleh tiga besar Negara penghasil biji kakao, yaitu Pantai Gading 1.315.000 ton, Ghana 490.000 ton dan Indonesia 425.000 ton.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao di Indonesia tercatat seluas 992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar negara serta (5,51%) perkebunan besar swasta.
Kakao sebagai komuditas perdagangan biasanya di bedakan menjadi dua kelompok besa:
1.      Kokou mulia (“edel cacou”)
2.      kakao curah/ indak (“bulk cacou
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara X (Persero). Salah satunya ada di Kecamatan Jelbuk-Jember.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Tujuan umum dari kegiatan observasi ini adalah untuk mengetahui limbah yang dihasilkan di perkebunan kakao milik PT Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
1.2.2 Tujuan khusus
1)      Untuk mengetahui besar timbulan sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
2)      Untuk mengetahui jenis sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
3)      Untuk mengetahui bentuk pengelolaan limbah di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Limbah  Pertanian Secara Umum
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena menurunkan kualitas lingkungan (Abdurahman, 2008: 102).
Secara umum, limbah pertanian merupakan limbah organik. Limbah  pertanian memiliki ciri-ciri umum. Ciri umum atau karakteristik tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu karakteristik secara fisika dan kimia.
Karakteristik yang dikategorikan secara fisika yaitu warna, bau, padatan, dan suhu. Sedangkan secara kimia yaitu karbohidrat, minyak dan lemak, pestisida, dan penol.
2.2 Limbah Padat Pertanian
Pada limbah tanaman kakao, kebanyakan limbah yang dihasilkan adalah limbah padat. Limbah padat memiliki cara pengolahan yang berbeda. Secara  umum, berdasarkan sifatnya, pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara yaitu diolah dan tanpa pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ketempat tertentu yang dapat difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat didaratan ataupun di laut, berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau terkontaminasi virus, limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (Rachmayanti, 2004). 
2.3 Cara Pengelolaan Limbah Padat Secara Umum
Pengelolaan limbah padat dapat dilakukan melalui proses-proses sebagai berikut:
1.      Pemisahan.
Pemisahan perlu dilakukan  karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Disamping itu juga untuk menyesuaikan  dengan kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan peralatan (mesin) karena tidak sesuai dengan komponen bahan pencemar dalam limbah.
2.      Penyusutan Ukuran.
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen  sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya, dengan maksud antara lain :
a.       Ukuran bahan menjadi lebih kecil
b.      Volume bahan lebih kecil (dipadatkan)
c.       Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini pada umumnya dilakukandengan pembakaran (insenerasi) pada alat incenerator
3.      Pengomposan.
Pengomposan  adalah terjadi ketika bahan kimia yang terdapat didalam limbah diuraikan secara biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Hasil pengomposan dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Sebelum dilakukan proses pengomposan mungkin perlu dilakukan pemisahan ataupun penyusutan ukuran agar hasil kompos lebih baik. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang mudah membusuk, limbah padat perkotaan (Municipal Solid Waste), buangan industri, lumpur pabrik, dan sebagainya (Nasrullah dan A. Ella, 1993).
2.4 Perbandingan beberapa komponen pada Tanaman Kakao
            Perbandingan beberapa komponen, baik kulit buah, pulp maupun placenta bermanfaat untuk memberikan nilai tambah pada cokelat. Persentase bagian-bagian di dalam buah cokelat adalah sebagai berikut:
No
Komponen
Persen segar
Persen kering
1
Kulit
68,5
47,2
2
Placenta
2,5
2,0
3
Biji
29,0
5,8
2.5 Cara Meminimalisasi Limbah Tanaman Kakao
Cara  mengurangi limbah panen pertanian kakao sangat dibutuhkan pada pertanian yang berkelanjutan. Cara mengurangi limbah seperti ini lebih efisien karena tidak membutuhkan ongkos produksi yang lebih banyak. Terdapat beberapa cara sederhana yang berkelanjutan untuk mengurangi limbah tanaman kakao (Rachmayanti, 2004).
Cara mengurangi limbah tersebut pada tanaman kakao adalah sebagai berikut:
1.      Pemetikan dan sortasi buah.
Kakao adalah tanaman yang waktu pemanenannya adalah musiman.  Kakao varietas Amelanado  mencapai puncak panen yang lebih tajam dari kakao Amazon. Amelonado menunjukkan bahwa 75% panen tahunan terjadi antara periode September-Januari, sedangkan pada varietas Amazon tidak lebih dari 50 % panen pada periode yang sama.
Semakin rendah jumlah panen puncak, akan semakin menguntungkan karena penyebaran waktu panen yang merata dapat menurunkan jumlah kebutuhan dan kapasitas alat-alat pengolahan. Selain itu,penyebaran waktu panen akan jugamenurunkan kuantitas hasil limbah yang dihasilkan, sehingga  memudahkan petani untuk mengolah limbah tersebut.
2.      Waktu pemetikan.
Pemetikan terhadap buah yang muda dan buah yang terlewat tua seharusnya dihindari. Buah yang masih muda masih memiliki yang gepeng, sehingga limbah kulit dan daging buah kakao masih banyak.
Selain itu, kakao yangsudah tua akan memiliki biji yang telah berkecambah. Biji yang telah berkecambah tidak akan bisa diolah menjadi bahan baku atau semi baku lain, sehingga akan menjadi limbah panen. Limbah panen yang terlalu banyak akan menyulitkan para petani untuk mengolahnya.
3.      Penyimpanan buah.
Pemeraman buah dilakukanselama 5-12 hari tergantung  kondisi setempat dan derajat kematangan buah. Selama pemeraman buah, dihindari buah kakao yang terlampau masak, rusak, atau diserang jamur,  yakni dengan cara diantaranya adalah: Mengatur tempat pemeraman agar bersih dan terbuka, Memberi alas pada permukaan tanah dan penutup permukaan dengan daun kering.
Cara ini akan dapat menurunkan jumlah biji kakao yang rusak daari sekitar 15% menjadi  5%. Hal – hal tersebut dapat mengurangi pertumbuhan jamur pada biji kakao. Biji kakao yang terkena serangan jamur akan menurunkan hasil kualitas produksi dan mungkin tidak dapat diolah dan menjadi limbah.
4.      Pemecahan  Buah.
Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul berpisau, atau dengan teknologi modern. Pemecahan berpisau sering digunakan meskipun cara ini tidak dianjurkan karena dapat merusak biji kakao. Biji kakao yang rusak akan mudah terserang jamur. Kakao yang terserang jamur tidak dapat difermentasikan dan alhasil akan menjadi limbah.
2.6 Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Komponen utama dari buah kakao adalah kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari 70% berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27-29%, sedangkan sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji.
2.7 Pengelolaan Limbah Kakao
Semakin meningkatnya produksi kakao baik karena pertambahan luas areal pertanaman maupun yang disebabkan oleh peningkatan produksi persatuan luas, akan meningkatkan jumlah limbah buah kakao. Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau biasa disebut pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah (Ashadi, 1988).
Jika dilihat dari data produksi buah kakao yang mencapai 779,5 ribu ton, maka limbah pod kakao yang dihasilkan sebesar 584,6 ribu ton/tahun. Apabila limbah pod kakao ini tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan.
BAB III
HASIL OBSERVASI
Hasil Observasi mengenai Pengukuran sampah baik sampah organik maupun anorganik di perkebunan kakao milik PT. Perkebunan Nusantara X (persero) di kecamatan Jelbuk Jember selama delapan hari berkelanjutan mendapatkan hasil berat dan volume sampah organik dan anorganik setiap harinya  sebgai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengukuran sampah selama delapan hari berkelanjutan.

*)Nb. Berat kardus yang digunakan = 0,7 gram


                                                                                                     BAB IV

PEMBAHASAN
4.1  Deskripsi Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Perkebunan kakao milik PT. Perkebunan Nusantara X yang bertempat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember di kelola oleh bapak Husein. Perkebunan ini memiliki  luas satu hektar atau 1000 m2 dengan area perkebunan dalam bentuk huruf “L”. Perkebunan ini di tanami 1000 pohon kakao dimana hasil buah dari Pohon kako ini di ambil Bijinya kemudian di kelola menjadi Coklat.
Dalam perawatan kesehariannya biaya pupuk dan pembersihan  di tanggung oleh PT. Perkebunan Nusantara X, dimana pemberian Pupuk pada pohon kakao ini dalam jangka waktu empat bulan untuk satu kali pemberian yang bersamaan dengan pembersihan wilayah lahan perkebunan.
Pemanenan Pohon Kakao ini berdasarkan wawancara yang dilakukan kelompok kami bahwa buah yang sudah masak di panen dalam jangka dua minggu sekali, buah yang bagus dan tidak bagus dapat di identifikasi berdasarkan warna kulit luar buah kakao, buah kakao yang berwarna hijau kekuningan adalah buah kakao yang memiliki kualitas biji yang baik sedangkan yang berwarna merah tua mempunyai kualitas biji yang jelek.
Begitupun dengan tinggi dan  pendeknya pohon kakao dapat mempengaruhi produksi buah buah itu sendiri, pohon kakao yang tinggi mengahsilkan buah yang sedikit sedangakan pohon kakao yang berukuran lebih pendek mengahasilkan buah kakao lebih banyak.
 Setelah proses pemanenan, buah kakao di kumpas menggunakan alat tajam  seperti pisau yang berukuran besar kemudian biji dari buah  kakao itu sendiri di pisahkan dan dimasukkan di wadah  tersendiri . Setelah terkumpul dengan jumlah yang banyak biji tersebut akan dimasukkan ke karung yang  kemudian petugas dari PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X datang untuk menimbang biji yang di hasilkan dari buah kakao selama selang waktu dua minggu satu kali penimbangan. Biji buah kakao dalam penimbangannya di beri harga satu kilogram (Kg) Rp 3000.00 jika biji tersebut dalam  keadaan kering dan Rp 800.00 jika biji terebut dalam keadaan basah. 
Dalam proses produksi pohon kakao ini menghasilkan lebih banyak sampah organik berupa daun daunan. Daun daun yang di hasilkan  pohon  kakao ini dalam pengelolaannya, daun tersebut di jual pada petugas Pabrik kertosari yang datang dalam waktu empat bulan sekali. Semua sampah organik ( daun daunan) dalam area perkebunan seluas satu hektar  tersebut di beli dengan harga Rp 200.000,00.
Daun daun  tersebut akan di kelola menjadi pupuk organik sedangkan kulit buah kakao yang dihasilkan akan di letakkan di bawah pohon karena kulit buah kakao dapat digunakan menjadi pupuk alami untuk menyuburkan pohon buah kakao itu sendiri.
4.2 Deskripsi Jumlah Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Berdasarkan  hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah pada delapan hari  berkelanjutan didapatkan bahwa observasi hari pertama memperoleh  293.3 Kg  atau 2160 Liter sampah Organik serta  0.3 Kg atau 24 Liter sampah anorganik. Timbulan sampah yang sangat banyak ini terjadi karena ketika hari pertama melakukan observasi, keadaan  lahan perkebunan tidak di bersihkan selama dua bulan.
Sedangkan sampah anorganik yang didapat  berjumlah sedikit pada waktu hari pertama observasi, ini di karenakan kegiatan di lahan perkebunan yang menggunakan benda benda yang dapat menimbulkan sampah anorganik sedikit misalnya saja bungkus mi instan, botol air mineral.
Pada observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari ari pertama ini yaitu 134.3 Kg   atau 1005.6 liter sampah organik dan 0 untuk sampah an organik, ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan lahan pada hari pertama. Dan pada hari ketiga sampai ketujuh data hasil observasi mengalami menurun dengan alasan yang sama seperti observasi hari kedua, yaitu telah dilakukan pembersihan lahan pada hari sebelumnya.
Pada observasi hari kedelapan, sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, yaitu 43.7 kg atau 46 liter sampah organik dan 0 sampah an organik. Ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
4.3        Deskripsi Jenis Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Limbah padat dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya ialah padat. Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari hari dan / atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.
Pada perkebunan PT Perkebunan Nusantara X, limbah yang diukur oleh kelompok kami berupa limbah padat atau sampah. Limbah padat pada perkebunan milik PT Perkebunan Nusantara X antara lain : daun, bungkus mie, ranting, plastic pembungkus, botol air mineral, ranting serta kulit kakao.
Dan berdasarkan organic dan an organic, jenis sampah yang banyak dihasilkan oleh perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara X ini adalah sampah organic. Sampah organic ini berupa daun daunan, ranting, dan kulit buah kakao.
Melihat dari hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah, sampah anorganik yang dihasilkan pada hari pertama adalah 0.3 kg atau 24 liter. Dan pada hari berikutnya ( hari ke-II sampai hari ke-VIII) sampah anorganik sebesar 0 kg atau 0 liter. Sedikit ditemukannya sampah an organic pada perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara X dikarenakan jarang sekali ditemukannya kegiatan yang menghasilkan limbah an organic pada perkebunan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Sebagian besar perkebunan dan pertanian menghasilkan timbulan sampahnya berupa sampah organik.
2.      Berdasarkan hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah pada delapan hari  berkelanjutan bahwa observasi hari pertama memperoleh  293.3 Kg ,  2160 Liter sampah Organik dan 0.3 Kg, 24 Liter sampah anorganik
3.      Pada observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari hari pertama ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan pada hari pertama
4.      Dan pada hari ketiga sampai ketujuh hasil observasi menurun dikarenakan pada hari kedua dan pertama sudah di lakukan pembersihan sehingga pada hari ketiga sampai ke tuju terjadi penurunan
5.      Pada observasi hari kedelapan, sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
6.      Dalam observasi pengukuran samapah yang di lakukan di PT Nusantara X (Persero) Timbulan Sampah yang paling Dominan adalah jenis sampah organik.
5.2 Saran                                  
Untuk perusahaan  pemilik perkebunan agar memberikan fasilitas yang lebih intensif untuk pembersihan perkebunan kepada pengelolah agar tidak terganggu vektor berupa nyamuk karena perkebunan tersebut dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk.
Untuk pengelola sebaiknya menggunakan fasilitas secara maksimal dari perusahaan agar kesehatannya dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit yang di timbulkan vektor atau sampah.
Untuk mahasiswa yang membuat makalah ini agar t idak hanya membuat namun bias mengaplikasikan ilmunya sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar dan dapat mengurangi jumlah vektor yang di timbulkan dari timbulan sampah yang menumpuk.
Daftar Pustaka
Rachmayanti. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasrullah dan A. Ella, 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai Sumber Pakan Ternak di Sulawesi Selatan. Makalah : Ujung Pandang.
Abdurahman Deden. 2008. BIOLOGI Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Damanik, Sabarman, Herman.  2010. Prospek dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat. [http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp-content/uploads/2011/03/perkebunan_perspektif_N-4-Damanik-_Kakao_.pdf ] [ serial onlie : April 2013]
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29313/5/Chapter%20I.pdf] [ serial onlie : April 2013]
[http://id.wikipedia.org] [ serial onlie : April 2013]
UU No. 18 Tahun 2008
Murni Soenarno, Sri. 1968. PENGELOLAAN LIMBAH. Makalah : Banyuwangi

1 komentar :