arind

Selasa, 14 Mei 2013

Clostridium perfringens


Kasus Clostridium perfringens :
Clostridium perfringens in Meat and Meat Products
HERBERT E. HALL AND ROBERT ANGELOTTI
Robert A. Taft Sanitary Engineering Center, U.S. Public Health Service, Cincinnati, Ohio
A total of 262 specimens of meat and meat dishes were examined for the presence of Clostridium perfringens. Of this total, 161 were raw, unprocessed beef, veal, lamb, pork, or chicken; 101 were processed meats and meat dishes. C. perfringens was isolated from 113 (43.1%) of these specimens. The highest percentage of contamination (82%) was found in veal cuts, and the lowest (4.7%) in sliced sandwich meats and spreads.
Only 2 of the 113 isolates were shown to produce heatresistant spores, which indicates a very low incidence (0.8%) of contamination. These findings indicate that outbreaks of C. perfringens food-borne disease in the Cincinnati area are caused principally by the contamination of the food with vegetative cells or spores of the organism after cooking. Studies of the effects of various holding temperatures on the growth of C. perfringens indicated that, in the range of 5 to 15 C, no multiplication would occur, but that viable cells would still be present at the end of a 5-day holding period. Extremely rapid growth occurred at temperatures around 45 C, and complete inhibition of growth was accomplished between 49 and 52 C.
source :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1058257/pdf/applmicro00359-0062.pdf


Pembahasan :
Sumber :
Pada kasus yang saya bahas, sumbernya adalah daging sapi, domba, babi, atau ayam yang belum diproses. daging olahan dan hidangan daging. Selain pada daging, bakteri ini dapat tumbuh cepat  pada makanan non daging  yang telah dimasak. Sayuran, buah-buahan serta makanan-makanan kering  sering menjadi sumber bakteri ini.
Penyebab :
Pada kasus yang dibahas, penyeabnyaadalah  Makanan asal hewan (daging dan olahannya) terkontaminasi dengan Clostridium perfringens melalui proses pemotongan dengan  spora dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong.
            Hal yang sama juga terjadi pada makanan non daging, sayuran dan buah-buahan karena adanya kontaminasi spora Clostridium perfringens melalui tanah.
Efek :
Beberapa strain Clostridium perfringens menghasilkan enterotoksin yang kuat, terutama bila tumbuh dalam masakan daging. Kerja enterotoksin  Clostridium perfringens meliputi hipersekresi yag nyata dala jejunum dan ileum, disertai kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Bila lebih dari 108 sel vegetative termakan dan bersporulasi dalam usus, terbentuk enterotoksin. Enterotoksin adalah suatu protein yang tampaknya identik dengan komponen pembungkus spora, berbeda dengan toksin klostridia lainnya, menyebabkan diare hebat dalam 6-18 jam penyakit ini cenderung sembuh sendiri.  Keracunan makanan karena  Clostridium perfringens biasanya terjadi setelah memakan sejumlah besar klostridia yang tumbuh dalam makanan daging yang dihangatkan.
Namun ada Strain lainnya menyebabkan gastroenteritis berat, yang sering berakibat fatal.
Gastroenteritis adalah salah satu penyakit ang disebakan oleh Clostridium perfringens. Gastroenteritis ini disebabkan karena memakan makanan yang tercemar oleh toksin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium perfringens.
Pengendalian :

Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan(daging dan olahannya)  yang dimasakdan dipanaskan dengan melakukan pemasakan dengan sempurna sebelum dihidangkan agar dapat tercegah dari infeksi dan keracunan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi. itu, Jangan membeli daging dengan cirri-ciri :
1.     adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk,
2.     terbentuknya lendir,
3.     adanya perubahan warna,
4.     adanya perubahan rasa menjadi asam,
5.     tumbuhnya kapang pada bahan/dendeng kering.

Saran :
Akan lebih baik adanya antisipasi dini dalam menanggulangi Clostridium perfringens, yaitu
1.    Dengan pemberian  Pendidikan tentang dasar-dasar kebersihan dalam sanitasi makanan,
2.    Jangan biarkan makanan berada pada suhu kamar yang memungkinkan mikroorganisme yang mengkontaminasi berkembang biak.
Daftar Pustaka :
Kumala W., Fransiska. 2008. Clostridium perfringens. [http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/clostridium-perfringens-upload.pdf]
E. Hall, Herbert.,  Robert Angelotti. 1964. “Clostridium perfringens in Meat and Meat Products”. Ohio. [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1058257/pdf/applmicro00359-0062.pdf]  

Tidak ada komentar :

Posting Komentar