BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan
perkebunan adalah salah satu lahan
usaha pertanian yang luas,
biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk
menghasilkan komoditi perdagangan
(pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk
konsumsi lokal. Salah satu hasil dari perkebunan adalah kakao.
Biji Kakao adalah bahan
utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao
adalah bahan dalam pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lain-lain.
Dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa
coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang
khususnya anak-anak dan remaja.
Kakao
pada saat ini ditanam di 50 negara di dunia dengan produksi total sebesar
3.045.000 ton, tingkat kenaikan produksi 2,3 % pertahun, dan 73 % produksi biji
kakao dunia dipasok oleh tiga besar Negara penghasil biji kakao, yaitu Pantai
Gading 1.315.000 ton, Ghana 490.000 ton dan Indonesia 425.000 ton.
Perkebunan
kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun
terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao di Indonesia tercatat
seluas 992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%) dikelola
oleh rakyat dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar negara serta (5,51%)
perkebunan besar swasta.
Kakao sebagai komuditas perdagangan biasanya di bedakan
menjadi dua kelompok besa:
1.
Kokou
mulia (“edel cacou”)
2.
kakao
curah/ indak (“bulk cacou”
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua
di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara X
(Persero). Salah satunya ada di Kecamatan Jelbuk-Jember.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan umum:
Tujuan umum dari kegiatan observasi ini
adalah untuk mengetahui limbah yang dihasilkan di perkebunan kakao milik PT
Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
1.2.2
Tujuan khusus
1) Untuk
mengetahui besar timbulan sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan
Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
2) Untuk
mengetahui jenis sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara
X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
3) Untuk
mengetahui bentuk pengelolaan limbah di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara
X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Karakteristik
Limbah Pertanian Secara Umum
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena menurunkan
kualitas lingkungan (Abdurahman, 2008: 102).
Secara umum, limbah pertanian merupakan
limbah organik. Limbah pertanian memiliki ciri-ciri umum. Ciri umum atau
karakteristik tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu karakteristik secara
fisika dan kimia.
Karakteristik
yang dikategorikan secara fisika yaitu warna, bau, padatan, dan suhu. Sedangkan
secara kimia yaitu karbohidrat, minyak dan lemak, pestisida, dan penol.
2.2 Limbah Padat
Pertanian
Pada limbah tanaman kakao, kebanyakan
limbah yang dihasilkan adalah limbah padat. Limbah padat memiliki cara
pengolahan yang berbeda. Secara umum, berdasarkan sifatnya, pengolahan
limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara yaitu diolah dan tanpa
pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan dapat
dibuang ketempat tertentu yang dapat difungsikan sebagai tempat pembuangan
akhir karena karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun
dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat didaratan ataupun di
laut, berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau
terkontaminasi virus, limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke tempat pembuangan akhir (Rachmayanti, 2004).
2.3 Cara
Pengelolaan Limbah Padat Secara Umum
Pengelolaan
limbah padat dapat dilakukan melalui proses-proses sebagai berikut:
1.
Pemisahan.
Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai
ukuran dan kandungan bahan tertentu. Disamping itu juga untuk
menyesuaikan dengan kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan
peralatan (mesin) karena tidak sesuai dengan komponen bahan pencemar dalam
limbah.
2.
Penyusutan Ukuran.
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen
sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya, dengan
maksud antara lain :
a.
Ukuran bahan menjadi lebih kecil
b.
Volume bahan lebih kecil (dipadatkan)
c.
Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini pada
umumnya dilakukandengan pembakaran (insenerasi) pada alat incenerator
3.
Pengomposan.
Pengomposan adalah terjadi ketika bahan kimia yang terdapat didalam
limbah diuraikan secara biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang
lebih bermanfaat. Hasil pengomposan dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Sebelum dilakukan proses pengomposan mungkin perlu dilakukan pemisahan
ataupun penyusutan ukuran agar hasil kompos lebih baik. Pengomposan banyak
dilakukan terhadap limbah yang mudah membusuk, limbah padat perkotaan
(Municipal Solid Waste), buangan industri, lumpur pabrik, dan sebagainya
(Nasrullah dan A. Ella, 1993).
2.4 Perbandingan beberapa komponen
pada Tanaman Kakao
Perbandingan beberapa komponen, baik kulit buah, pulp maupun placenta
bermanfaat untuk memberikan nilai tambah pada cokelat. Persentase bagian-bagian
di dalam buah cokelat adalah sebagai berikut:
No
|
Komponen
|
Persen segar
|
Persen kering
|
1
|
Kulit
|
68,5
|
47,2
|
2
|
Placenta
|
2,5
|
2,0
|
3
|
Biji
|
29,0
|
5,8
|
2.5 Cara Meminimalisasi Limbah
Tanaman Kakao
Cara mengurangi limbah panen pertanian kakao
sangat dibutuhkan pada pertanian yang berkelanjutan. Cara mengurangi limbah
seperti ini lebih efisien karena tidak membutuhkan ongkos produksi yang lebih
banyak. Terdapat beberapa cara sederhana yang berkelanjutan untuk mengurangi
limbah tanaman kakao (Rachmayanti, 2004).
Cara mengurangi limbah tersebut pada tanaman kakao
adalah sebagai berikut:
1.
Pemetikan dan sortasi buah.
Kakao adalah
tanaman yang waktu pemanenannya adalah musiman. Kakao varietas
Amelanado mencapai puncak panen yang lebih tajam dari kakao Amazon.
Amelonado menunjukkan bahwa 75% panen tahunan terjadi antara periode
September-Januari, sedangkan pada varietas Amazon tidak lebih dari 50 % panen
pada periode yang sama.
Semakin
rendah jumlah panen puncak, akan semakin menguntungkan karena penyebaran waktu
panen yang merata dapat menurunkan jumlah kebutuhan dan kapasitas alat-alat
pengolahan. Selain itu,penyebaran waktu panen akan jugamenurunkan kuantitas
hasil limbah yang dihasilkan, sehingga memudahkan petani untuk mengolah
limbah tersebut.
2.
Waktu pemetikan.
Pemetikan
terhadap buah yang muda dan buah yang terlewat tua seharusnya dihindari. Buah
yang masih muda masih memiliki yang gepeng, sehingga limbah kulit dan daging
buah kakao masih banyak.
Selain itu,
kakao yangsudah tua akan memiliki biji yang telah berkecambah. Biji yang telah
berkecambah tidak akan bisa diolah menjadi bahan baku atau semi baku lain, sehingga
akan menjadi limbah panen. Limbah panen yang terlalu banyak akan menyulitkan
para petani untuk mengolahnya.
3.
Penyimpanan buah.
Pemeraman
buah dilakukanselama 5-12 hari tergantung kondisi setempat dan derajat
kematangan buah. Selama pemeraman buah, dihindari buah kakao yang terlampau
masak, rusak, atau diserang jamur, yakni dengan cara diantaranya adalah:
Mengatur tempat pemeraman agar bersih dan terbuka, Memberi alas pada permukaan
tanah dan penutup permukaan dengan daun kering.
Cara ini
akan dapat menurunkan jumlah biji kakao yang rusak daari sekitar 15%
menjadi 5%. Hal – hal tersebut dapat mengurangi pertumbuhan jamur pada
biji kakao. Biji kakao yang terkena serangan jamur akan menurunkan hasil
kualitas produksi dan mungkin tidak dapat diolah dan menjadi limbah.
4.
Pemecahan Buah.
Pemecahan buah dapat dilakukan
dengan pemukul kayu, pemukul berpisau, atau dengan teknologi modern. Pemecahan
berpisau sering digunakan meskipun cara ini tidak dianjurkan karena dapat
merusak biji kakao. Biji kakao yang rusak akan mudah terserang jamur. Kakao
yang terserang jamur tidak dapat difermentasikan dan alhasil akan menjadi
limbah.
2.6 Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas
andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri.
Komponen utama dari buah kakao adalah
kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari
buah kakao, yaitu lebih dari 70% berat buah masak. Persentase biji kakao di
dalam buah hanya sekitar 27-29%, sedangkan sisanya adalah plasenta yang
merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji.
2.7 Pengelolaan Limbah Kakao
Semakin meningkatnya produksi kakao baik karena
pertambahan luas areal pertanaman maupun yang disebabkan oleh peningkatan
produksi persatuan luas, akan meningkatkan jumlah limbah buah kakao. Komponen
limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau biasa disebut
pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah (Ashadi, 1988).
Jika dilihat dari data produksi buah kakao yang
mencapai 779,5 ribu ton, maka limbah pod kakao yang dihasilkan sebesar 584,6
ribu ton/tahun. Apabila limbah pod kakao ini tidak
ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan.
BAB
III
HASIL
OBSERVASI
Hasil Observasi
mengenai Pengukuran sampah baik sampah organik maupun anorganik di perkebunan kakao
milik PT.
Perkebunan Nusantara X
(persero) di kecamatan Jelbuk Jember selama delapan hari
berkelanjutan mendapatkan hasil berat
dan volume sampah organik dan anorganik setiap harinya sebgai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengukuran sampah selama delapan hari berkelanjutan.
*)Nb. Berat kardus yang
digunakan = 0,7 gram
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Perkebunan Kakao PT.
Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Perkebunan
kakao milik PT. Perkebunan Nusantara X yang bertempat di Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember di kelola oleh bapak Husein. Perkebunan ini memiliki luas satu hektar atau 1000 m2
dengan area perkebunan dalam bentuk huruf “L”. Perkebunan ini di tanami 1000
pohon kakao dimana hasil buah dari Pohon kako ini di ambil Bijinya kemudian di
kelola menjadi Coklat.
Dalam
perawatan kesehariannya biaya pupuk dan pembersihan di tanggung oleh PT. Perkebunan Nusantara X,
dimana pemberian Pupuk pada pohon kakao ini dalam jangka waktu empat bulan
untuk satu kali pemberian yang bersamaan dengan pembersihan wilayah lahan
perkebunan.
Pemanenan
Pohon Kakao ini berdasarkan wawancara yang dilakukan kelompok kami bahwa buah
yang sudah masak di panen dalam jangka dua minggu sekali, buah yang bagus dan
tidak bagus dapat di identifikasi berdasarkan warna kulit luar buah kakao, buah
kakao yang berwarna hijau kekuningan adalah buah kakao yang memiliki kualitas
biji yang baik sedangkan yang berwarna merah tua mempunyai kualitas biji yang
jelek.
Begitupun
dengan tinggi dan pendeknya pohon kakao dapat mempengaruhi
produksi buah buah itu sendiri, pohon kakao yang tinggi mengahsilkan buah yang
sedikit sedangakan pohon kakao yang berukuran lebih pendek mengahasilkan buah
kakao lebih banyak.
Setelah proses pemanenan, buah kakao di kumpas
menggunakan alat tajam seperti pisau
yang berukuran besar kemudian biji dari buah kakao itu sendiri di pisahkan dan dimasukkan
di wadah tersendiri . Setelah terkumpul
dengan jumlah yang banyak biji tersebut akan dimasukkan ke karung yang kemudian petugas dari PT. PERKEBUNAN NUSANTARA
X datang untuk menimbang biji yang di hasilkan dari buah kakao selama selang
waktu dua minggu satu kali penimbangan. Biji buah kakao dalam penimbangannya di
beri harga satu kilogram (Kg) Rp 3000.00 jika biji tersebut dalam keadaan kering dan Rp 800.00 jika biji terebut
dalam keadaan basah.
Dalam
proses produksi pohon kakao ini menghasilkan lebih banyak sampah organik berupa
daun daunan. Daun daun yang di hasilkan pohon kakao
ini dalam
pengelolaannya, daun tersebut di jual pada petugas Pabrik kertosari yang datang
dalam waktu
empat bulan sekali. Semua sampah organik ( daun daunan) dalam area perkebunan
seluas satu hektar tersebut di beli
dengan harga Rp 200.000,00.
Daun
daun tersebut akan di kelola menjadi pupuk organik
sedangkan kulit buah kakao yang
dihasilkan akan di letakkan di bawah pohon karena kulit buah kakao dapat digunakan
menjadi pupuk alami untuk
menyuburkan pohon buah kakao itu sendiri.
4.2 Deskripsi Jumlah Timbulan
Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember
Berdasarkan
hasil data yang di dapat pada observasi
pengukuran sampah pada delapan hari berkelanjutan didapatkan bahwa observasi hari
pertama memperoleh 293.3 Kg atau 2160 Liter sampah Organik serta 0.3 Kg atau
24 Liter sampah anorganik. Timbulan
sampah yang sangat banyak ini terjadi karena ketika hari pertama melakukan observasi, keadaan lahan
perkebunan tidak di bersihkan selama dua bulan.
Sedangkan sampah anorganik yang didapat berjumlah sedikit pada waktu hari pertama observasi,
ini di karenakan kegiatan di lahan
perkebunan yang menggunakan benda benda yang dapat menimbulkan sampah anorganik sedikit misalnya saja
bungkus mi instan, botol air mineral.
Pada
observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari ari pertama ini
yaitu 134.3 Kg atau 1005.6 liter sampah organik
dan 0 untuk sampah an organik, ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan lahan
pada hari pertama. Dan pada hari ketiga sampai ketujuh data hasil observasi mengalami
menurun dengan alasan yang sama seperti observasi hari kedua, yaitu telah
dilakukan pembersihan lahan pada hari sebelumnya.
Pada
observasi hari kedelapan, sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari
sebelumnya, yaitu 43.7 kg atau 46 liter sampah organik dan 0 sampah an organik.
Ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
4.3
Deskripsi
Jenis Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan
Jelbuk Kabupaten Jember.
Limbah
padat dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya ialah padat. Definisi menurut UU
No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari hari dan / atau proses
alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik,
kaleng, botol, dll.
Pada
perkebunan PT Perkebunan Nusantara X, limbah yang diukur oleh kelompok kami
berupa limbah padat atau sampah. Limbah padat pada perkebunan milik PT
Perkebunan Nusantara X antara lain : daun, bungkus mie, ranting, plastic
pembungkus, botol air mineral, ranting serta kulit kakao.
Dan
berdasarkan organic dan an organic, jenis sampah yang banyak dihasilkan oleh
perkebunan milik PT.
Perkebunan Nusantara
X ini adalah sampah organic. Sampah
organic ini berupa daun daunan, ranting, dan kulit buah kakao.
Melihat
dari hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah, sampah
anorganik yang dihasilkan pada hari pertama adalah 0.3 kg atau 24 liter. Dan
pada hari berikutnya ( hari ke-II sampai hari ke-VIII) sampah anorganik sebesar
0 kg atau 0 liter. Sedikit ditemukannya sampah an organic pada perkebunan milik
PT. Perkebunan Nusantara X dikarenakan
jarang sekali ditemukannya kegiatan yang menghasilkan limbah an organic pada
perkebunan tersebut.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian
besar perkebunan dan pertanian menghasilkan timbulan sampahnya berupa sampah
organik.
2. Berdasarkan
hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah pada delapan hari berkelanjutan bahwa observasi hari pertama
memperoleh 293.3 Kg , 2160 Liter sampah Organik dan 0.3 Kg, 24 Liter sampah anorganik
3. Pada
observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari hari pertama
ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan pada hari pertama
4. Dan
pada hari ketiga sampai ketujuh hasil observasi menurun dikarenakan pada hari
kedua dan pertama sudah di lakukan pembersihan sehingga pada hari ketiga sampai
ke tuju terjadi penurunan
5.
Pada observasi hari kedelapan,
sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, ini
dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
6.
Dalam
observasi pengukuran samapah yang di lakukan di PT Nusantara X (Persero)
Timbulan Sampah yang paling Dominan adalah jenis sampah organik.
5.2
Saran
Untuk perusahaan
pemilik perkebunan agar memberikan
fasilitas yang lebih intensif untuk pembersihan perkebunan kepada pengelolah
agar tidak terganggu vektor berupa nyamuk karena perkebunan tersebut dapat menjadi
tempat peristirahatan nyamuk.
Untuk
pengelola sebaiknya menggunakan fasilitas secara maksimal dari perusahaan agar
kesehatannya dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit yang di timbulkan
vektor atau sampah.
Untuk
mahasiswa yang membuat makalah ini agar t idak hanya membuat namun bias
mengaplikasikan ilmunya sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar dan dapat
mengurangi jumlah vektor yang di timbulkan dari timbulan sampah yang menumpuk.
Daftar
Pustaka
Rachmayanti.
2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasrullah
dan A. Ella, 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai Sumber Pakan
Ternak di Sulawesi Selatan. Makalah : Ujung Pandang.
Abdurahman
Deden. 2008. BIOLOGI Kelompok Pertanian
dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Damanik, Sabarman, Herman.
2010. Prospek dan Strategi
Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat. [http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp-content/uploads/2011/03/perkebunan_perspektif_N-4-Damanik-_Kakao_.pdf
] [ serial onlie :
April 2013]
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29313/5/Chapter%20I.pdf] [ serial onlie : April
2013]
[http://id.wikipedia.org] [ serial onlie : April 2013]
UU No. 18 Tahun 2008
Murni Soenarno, Sri. 1968. PENGELOLAAN LIMBAH. Makalah : Banyuwangi