arind

Selasa, 21 Mei 2013

Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan perkebunan adalah salah satu lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Salah satu hasil dari perkebunan adalah kakao.
Biji Kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao adalah bahan dalam pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lain-lain. Dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.
Kakao pada saat ini ditanam di 50 negara di dunia dengan produksi total sebesar 3.045.000 ton, tingkat kenaikan produksi 2,3 % pertahun, dan 73 % produksi biji kakao dunia dipasok oleh tiga besar Negara penghasil biji kakao, yaitu Pantai Gading 1.315.000 ton, Ghana 490.000 ton dan Indonesia 425.000 ton.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao di Indonesia tercatat seluas 992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar negara serta (5,51%) perkebunan besar swasta.
Kakao sebagai komuditas perdagangan biasanya di bedakan menjadi dua kelompok besa:
1.      Kokou mulia (“edel cacou”)
2.      kakao curah/ indak (“bulk cacou
Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara X (Persero). Salah satunya ada di Kecamatan Jelbuk-Jember.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Tujuan umum dari kegiatan observasi ini adalah untuk mengetahui limbah yang dihasilkan di perkebunan kakao milik PT Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
1.2.2 Tujuan khusus
1)      Untuk mengetahui besar timbulan sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
2)      Untuk mengetahui jenis sampah yang dihasilkan di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
3)      Untuk mengetahui bentuk pengelolaan limbah di perkebunan kakao PT Perkebunan Nusantara X kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Limbah  Pertanian Secara Umum
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena menurunkan kualitas lingkungan (Abdurahman, 2008: 102).
Secara umum, limbah pertanian merupakan limbah organik. Limbah  pertanian memiliki ciri-ciri umum. Ciri umum atau karakteristik tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu karakteristik secara fisika dan kimia.
Karakteristik yang dikategorikan secara fisika yaitu warna, bau, padatan, dan suhu. Sedangkan secara kimia yaitu karbohidrat, minyak dan lemak, pestisida, dan penol.
2.2 Limbah Padat Pertanian
Pada limbah tanaman kakao, kebanyakan limbah yang dihasilkan adalah limbah padat. Limbah padat memiliki cara pengolahan yang berbeda. Secara  umum, berdasarkan sifatnya, pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara yaitu diolah dan tanpa pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ketempat tertentu yang dapat difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat didaratan ataupun di laut, berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau terkontaminasi virus, limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (Rachmayanti, 2004). 
2.3 Cara Pengelolaan Limbah Padat Secara Umum
Pengelolaan limbah padat dapat dilakukan melalui proses-proses sebagai berikut:
1.      Pemisahan.
Pemisahan perlu dilakukan  karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Disamping itu juga untuk menyesuaikan  dengan kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan peralatan (mesin) karena tidak sesuai dengan komponen bahan pencemar dalam limbah.
2.      Penyusutan Ukuran.
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen  sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya, dengan maksud antara lain :
a.       Ukuran bahan menjadi lebih kecil
b.      Volume bahan lebih kecil (dipadatkan)
c.       Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini pada umumnya dilakukandengan pembakaran (insenerasi) pada alat incenerator
3.      Pengomposan.
Pengomposan  adalah terjadi ketika bahan kimia yang terdapat didalam limbah diuraikan secara biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Hasil pengomposan dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Sebelum dilakukan proses pengomposan mungkin perlu dilakukan pemisahan ataupun penyusutan ukuran agar hasil kompos lebih baik. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang mudah membusuk, limbah padat perkotaan (Municipal Solid Waste), buangan industri, lumpur pabrik, dan sebagainya (Nasrullah dan A. Ella, 1993).
2.4 Perbandingan beberapa komponen pada Tanaman Kakao
            Perbandingan beberapa komponen, baik kulit buah, pulp maupun placenta bermanfaat untuk memberikan nilai tambah pada cokelat. Persentase bagian-bagian di dalam buah cokelat adalah sebagai berikut:
No
Komponen
Persen segar
Persen kering
1
Kulit
68,5
47,2
2
Placenta
2,5
2,0
3
Biji
29,0
5,8
2.5 Cara Meminimalisasi Limbah Tanaman Kakao
Cara  mengurangi limbah panen pertanian kakao sangat dibutuhkan pada pertanian yang berkelanjutan. Cara mengurangi limbah seperti ini lebih efisien karena tidak membutuhkan ongkos produksi yang lebih banyak. Terdapat beberapa cara sederhana yang berkelanjutan untuk mengurangi limbah tanaman kakao (Rachmayanti, 2004).
Cara mengurangi limbah tersebut pada tanaman kakao adalah sebagai berikut:
1.      Pemetikan dan sortasi buah.
Kakao adalah tanaman yang waktu pemanenannya adalah musiman.  Kakao varietas Amelanado  mencapai puncak panen yang lebih tajam dari kakao Amazon. Amelonado menunjukkan bahwa 75% panen tahunan terjadi antara periode September-Januari, sedangkan pada varietas Amazon tidak lebih dari 50 % panen pada periode yang sama.
Semakin rendah jumlah panen puncak, akan semakin menguntungkan karena penyebaran waktu panen yang merata dapat menurunkan jumlah kebutuhan dan kapasitas alat-alat pengolahan. Selain itu,penyebaran waktu panen akan jugamenurunkan kuantitas hasil limbah yang dihasilkan, sehingga  memudahkan petani untuk mengolah limbah tersebut.
2.      Waktu pemetikan.
Pemetikan terhadap buah yang muda dan buah yang terlewat tua seharusnya dihindari. Buah yang masih muda masih memiliki yang gepeng, sehingga limbah kulit dan daging buah kakao masih banyak.
Selain itu, kakao yangsudah tua akan memiliki biji yang telah berkecambah. Biji yang telah berkecambah tidak akan bisa diolah menjadi bahan baku atau semi baku lain, sehingga akan menjadi limbah panen. Limbah panen yang terlalu banyak akan menyulitkan para petani untuk mengolahnya.
3.      Penyimpanan buah.
Pemeraman buah dilakukanselama 5-12 hari tergantung  kondisi setempat dan derajat kematangan buah. Selama pemeraman buah, dihindari buah kakao yang terlampau masak, rusak, atau diserang jamur,  yakni dengan cara diantaranya adalah: Mengatur tempat pemeraman agar bersih dan terbuka, Memberi alas pada permukaan tanah dan penutup permukaan dengan daun kering.
Cara ini akan dapat menurunkan jumlah biji kakao yang rusak daari sekitar 15% menjadi  5%. Hal – hal tersebut dapat mengurangi pertumbuhan jamur pada biji kakao. Biji kakao yang terkena serangan jamur akan menurunkan hasil kualitas produksi dan mungkin tidak dapat diolah dan menjadi limbah.
4.      Pemecahan  Buah.
Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul berpisau, atau dengan teknologi modern. Pemecahan berpisau sering digunakan meskipun cara ini tidak dianjurkan karena dapat merusak biji kakao. Biji kakao yang rusak akan mudah terserang jamur. Kakao yang terserang jamur tidak dapat difermentasikan dan alhasil akan menjadi limbah.
2.6 Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Komponen utama dari buah kakao adalah kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari 70% berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27-29%, sedangkan sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji.
2.7 Pengelolaan Limbah Kakao
Semakin meningkatnya produksi kakao baik karena pertambahan luas areal pertanaman maupun yang disebabkan oleh peningkatan produksi persatuan luas, akan meningkatkan jumlah limbah buah kakao. Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau biasa disebut pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah (Ashadi, 1988).
Jika dilihat dari data produksi buah kakao yang mencapai 779,5 ribu ton, maka limbah pod kakao yang dihasilkan sebesar 584,6 ribu ton/tahun. Apabila limbah pod kakao ini tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan.
BAB III
HASIL OBSERVASI
Hasil Observasi mengenai Pengukuran sampah baik sampah organik maupun anorganik di perkebunan kakao milik PT. Perkebunan Nusantara X (persero) di kecamatan Jelbuk Jember selama delapan hari berkelanjutan mendapatkan hasil berat dan volume sampah organik dan anorganik setiap harinya  sebgai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengukuran sampah selama delapan hari berkelanjutan.

*)Nb. Berat kardus yang digunakan = 0,7 gram


                                                                                                     BAB IV

PEMBAHASAN
4.1  Deskripsi Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Perkebunan kakao milik PT. Perkebunan Nusantara X yang bertempat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember di kelola oleh bapak Husein. Perkebunan ini memiliki  luas satu hektar atau 1000 m2 dengan area perkebunan dalam bentuk huruf “L”. Perkebunan ini di tanami 1000 pohon kakao dimana hasil buah dari Pohon kako ini di ambil Bijinya kemudian di kelola menjadi Coklat.
Dalam perawatan kesehariannya biaya pupuk dan pembersihan  di tanggung oleh PT. Perkebunan Nusantara X, dimana pemberian Pupuk pada pohon kakao ini dalam jangka waktu empat bulan untuk satu kali pemberian yang bersamaan dengan pembersihan wilayah lahan perkebunan.
Pemanenan Pohon Kakao ini berdasarkan wawancara yang dilakukan kelompok kami bahwa buah yang sudah masak di panen dalam jangka dua minggu sekali, buah yang bagus dan tidak bagus dapat di identifikasi berdasarkan warna kulit luar buah kakao, buah kakao yang berwarna hijau kekuningan adalah buah kakao yang memiliki kualitas biji yang baik sedangkan yang berwarna merah tua mempunyai kualitas biji yang jelek.
Begitupun dengan tinggi dan  pendeknya pohon kakao dapat mempengaruhi produksi buah buah itu sendiri, pohon kakao yang tinggi mengahsilkan buah yang sedikit sedangakan pohon kakao yang berukuran lebih pendek mengahasilkan buah kakao lebih banyak.
 Setelah proses pemanenan, buah kakao di kumpas menggunakan alat tajam  seperti pisau yang berukuran besar kemudian biji dari buah  kakao itu sendiri di pisahkan dan dimasukkan di wadah  tersendiri . Setelah terkumpul dengan jumlah yang banyak biji tersebut akan dimasukkan ke karung yang  kemudian petugas dari PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X datang untuk menimbang biji yang di hasilkan dari buah kakao selama selang waktu dua minggu satu kali penimbangan. Biji buah kakao dalam penimbangannya di beri harga satu kilogram (Kg) Rp 3000.00 jika biji tersebut dalam  keadaan kering dan Rp 800.00 jika biji terebut dalam keadaan basah. 
Dalam proses produksi pohon kakao ini menghasilkan lebih banyak sampah organik berupa daun daunan. Daun daun yang di hasilkan  pohon  kakao ini dalam pengelolaannya, daun tersebut di jual pada petugas Pabrik kertosari yang datang dalam waktu empat bulan sekali. Semua sampah organik ( daun daunan) dalam area perkebunan seluas satu hektar  tersebut di beli dengan harga Rp 200.000,00.
Daun daun  tersebut akan di kelola menjadi pupuk organik sedangkan kulit buah kakao yang dihasilkan akan di letakkan di bawah pohon karena kulit buah kakao dapat digunakan menjadi pupuk alami untuk menyuburkan pohon buah kakao itu sendiri.
4.2 Deskripsi Jumlah Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Berdasarkan  hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah pada delapan hari  berkelanjutan didapatkan bahwa observasi hari pertama memperoleh  293.3 Kg  atau 2160 Liter sampah Organik serta  0.3 Kg atau 24 Liter sampah anorganik. Timbulan sampah yang sangat banyak ini terjadi karena ketika hari pertama melakukan observasi, keadaan  lahan perkebunan tidak di bersihkan selama dua bulan.
Sedangkan sampah anorganik yang didapat  berjumlah sedikit pada waktu hari pertama observasi, ini di karenakan kegiatan di lahan perkebunan yang menggunakan benda benda yang dapat menimbulkan sampah anorganik sedikit misalnya saja bungkus mi instan, botol air mineral.
Pada observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari ari pertama ini yaitu 134.3 Kg   atau 1005.6 liter sampah organik dan 0 untuk sampah an organik, ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan lahan pada hari pertama. Dan pada hari ketiga sampai ketujuh data hasil observasi mengalami menurun dengan alasan yang sama seperti observasi hari kedua, yaitu telah dilakukan pembersihan lahan pada hari sebelumnya.
Pada observasi hari kedelapan, sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, yaitu 43.7 kg atau 46 liter sampah organik dan 0 sampah an organik. Ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
4.3        Deskripsi Jenis Timbulan Sampah Perkebunan Kakao PT. Perkebunan Nusantara X Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Limbah padat dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya ialah padat. Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari hari dan / atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.
Pada perkebunan PT Perkebunan Nusantara X, limbah yang diukur oleh kelompok kami berupa limbah padat atau sampah. Limbah padat pada perkebunan milik PT Perkebunan Nusantara X antara lain : daun, bungkus mie, ranting, plastic pembungkus, botol air mineral, ranting serta kulit kakao.
Dan berdasarkan organic dan an organic, jenis sampah yang banyak dihasilkan oleh perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara X ini adalah sampah organic. Sampah organic ini berupa daun daunan, ranting, dan kulit buah kakao.
Melihat dari hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah, sampah anorganik yang dihasilkan pada hari pertama adalah 0.3 kg atau 24 liter. Dan pada hari berikutnya ( hari ke-II sampai hari ke-VIII) sampah anorganik sebesar 0 kg atau 0 liter. Sedikit ditemukannya sampah an organic pada perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara X dikarenakan jarang sekali ditemukannya kegiatan yang menghasilkan limbah an organic pada perkebunan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Sebagian besar perkebunan dan pertanian menghasilkan timbulan sampahnya berupa sampah organik.
2.      Berdasarkan hasil data yang di dapat pada observasi pengukuran sampah pada delapan hari  berkelanjutan bahwa observasi hari pertama memperoleh  293.3 Kg ,  2160 Liter sampah Organik dan 0.3 Kg, 24 Liter sampah anorganik
3.      Pada observasi hari kedua, sampah yang dihasilkan lebih sedikit dari hari pertama ini dikarenakan telah dilakukan pembersihan pada hari pertama
4.      Dan pada hari ketiga sampai ketujuh hasil observasi menurun dikarenakan pada hari kedua dan pertama sudah di lakukan pembersihan sehingga pada hari ketiga sampai ke tuju terjadi penurunan
5.      Pada observasi hari kedelapan, sampah yang ditimbulkan mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, ini dikarenakan adanya kegiatan pemanenan buah kakao.
6.      Dalam observasi pengukuran samapah yang di lakukan di PT Nusantara X (Persero) Timbulan Sampah yang paling Dominan adalah jenis sampah organik.
5.2 Saran                                  
Untuk perusahaan  pemilik perkebunan agar memberikan fasilitas yang lebih intensif untuk pembersihan perkebunan kepada pengelolah agar tidak terganggu vektor berupa nyamuk karena perkebunan tersebut dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk.
Untuk pengelola sebaiknya menggunakan fasilitas secara maksimal dari perusahaan agar kesehatannya dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit yang di timbulkan vektor atau sampah.
Untuk mahasiswa yang membuat makalah ini agar t idak hanya membuat namun bias mengaplikasikan ilmunya sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar dan dapat mengurangi jumlah vektor yang di timbulkan dari timbulan sampah yang menumpuk.
Daftar Pustaka
Rachmayanti. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasrullah dan A. Ella, 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai Sumber Pakan Ternak di Sulawesi Selatan. Makalah : Ujung Pandang.
Abdurahman Deden. 2008. BIOLOGI Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Damanik, Sabarman, Herman.  2010. Prospek dan Strategi Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat. [http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp-content/uploads/2011/03/perkebunan_perspektif_N-4-Damanik-_Kakao_.pdf ] [ serial onlie : April 2013]
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29313/5/Chapter%20I.pdf] [ serial onlie : April 2013]
[http://id.wikipedia.org] [ serial onlie : April 2013]
UU No. 18 Tahun 2008
Murni Soenarno, Sri. 1968. PENGELOLAAN LIMBAH. Makalah : Banyuwangi

Selasa, 14 Mei 2013

Clostridium perfringens


Kasus Clostridium perfringens :
Clostridium perfringens in Meat and Meat Products
HERBERT E. HALL AND ROBERT ANGELOTTI
Robert A. Taft Sanitary Engineering Center, U.S. Public Health Service, Cincinnati, Ohio
A total of 262 specimens of meat and meat dishes were examined for the presence of Clostridium perfringens. Of this total, 161 were raw, unprocessed beef, veal, lamb, pork, or chicken; 101 were processed meats and meat dishes. C. perfringens was isolated from 113 (43.1%) of these specimens. The highest percentage of contamination (82%) was found in veal cuts, and the lowest (4.7%) in sliced sandwich meats and spreads.
Only 2 of the 113 isolates were shown to produce heatresistant spores, which indicates a very low incidence (0.8%) of contamination. These findings indicate that outbreaks of C. perfringens food-borne disease in the Cincinnati area are caused principally by the contamination of the food with vegetative cells or spores of the organism after cooking. Studies of the effects of various holding temperatures on the growth of C. perfringens indicated that, in the range of 5 to 15 C, no multiplication would occur, but that viable cells would still be present at the end of a 5-day holding period. Extremely rapid growth occurred at temperatures around 45 C, and complete inhibition of growth was accomplished between 49 and 52 C.
source :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1058257/pdf/applmicro00359-0062.pdf


Pembahasan :
Sumber :
Pada kasus yang saya bahas, sumbernya adalah daging sapi, domba, babi, atau ayam yang belum diproses. daging olahan dan hidangan daging. Selain pada daging, bakteri ini dapat tumbuh cepat  pada makanan non daging  yang telah dimasak. Sayuran, buah-buahan serta makanan-makanan kering  sering menjadi sumber bakteri ini.
Penyebab :
Pada kasus yang dibahas, penyeabnyaadalah  Makanan asal hewan (daging dan olahannya) terkontaminasi dengan Clostridium perfringens melalui proses pemotongan dengan  spora dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong.
            Hal yang sama juga terjadi pada makanan non daging, sayuran dan buah-buahan karena adanya kontaminasi spora Clostridium perfringens melalui tanah.
Efek :
Beberapa strain Clostridium perfringens menghasilkan enterotoksin yang kuat, terutama bila tumbuh dalam masakan daging. Kerja enterotoksin  Clostridium perfringens meliputi hipersekresi yag nyata dala jejunum dan ileum, disertai kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Bila lebih dari 108 sel vegetative termakan dan bersporulasi dalam usus, terbentuk enterotoksin. Enterotoksin adalah suatu protein yang tampaknya identik dengan komponen pembungkus spora, berbeda dengan toksin klostridia lainnya, menyebabkan diare hebat dalam 6-18 jam penyakit ini cenderung sembuh sendiri.  Keracunan makanan karena  Clostridium perfringens biasanya terjadi setelah memakan sejumlah besar klostridia yang tumbuh dalam makanan daging yang dihangatkan.
Namun ada Strain lainnya menyebabkan gastroenteritis berat, yang sering berakibat fatal.
Gastroenteritis adalah salah satu penyakit ang disebakan oleh Clostridium perfringens. Gastroenteritis ini disebabkan karena memakan makanan yang tercemar oleh toksin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium perfringens.
Pengendalian :

Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan(daging dan olahannya)  yang dimasakdan dipanaskan dengan melakukan pemasakan dengan sempurna sebelum dihidangkan agar dapat tercegah dari infeksi dan keracunan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi. itu, Jangan membeli daging dengan cirri-ciri :
1.     adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk,
2.     terbentuknya lendir,
3.     adanya perubahan warna,
4.     adanya perubahan rasa menjadi asam,
5.     tumbuhnya kapang pada bahan/dendeng kering.

Saran :
Akan lebih baik adanya antisipasi dini dalam menanggulangi Clostridium perfringens, yaitu
1.    Dengan pemberian  Pendidikan tentang dasar-dasar kebersihan dalam sanitasi makanan,
2.    Jangan biarkan makanan berada pada suhu kamar yang memungkinkan mikroorganisme yang mengkontaminasi berkembang biak.
Daftar Pustaka :
Kumala W., Fransiska. 2008. Clostridium perfringens. [http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/clostridium-perfringens-upload.pdf]
E. Hall, Herbert.,  Robert Angelotti. 1964. “Clostridium perfringens in Meat and Meat Products”. Ohio. [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1058257/pdf/applmicro00359-0062.pdf]  

DOM


A.    Pengantar
Dimana-mana kita menjumpai bentuk-bentuk organisasi, misalnya negara, partai politik, perkumpulan mahasiswa, perkumpulan sepak bola, Rukun Kampung(RK), Rukun Tetangga(RT), dan bahkan organisasi dalam bentuk yang paling kecil yaitu keluarga. Pada hakikatnya organisasi akan terbentuk apabila terdapat dua orang atau lebih bersatu dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan bersama (indriyo,1996).
 Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, yaitu sebagai suatu lembaga atau fungsional, seperti perguruan tinggi, rumah sakit, perwakilan pemerintah, perwakilan dagang, perkumpulan olah raga dan lain sebagainya, lainnya sebagai proses pengorganisasian pengalokasian dan penugasan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang efektif.
B.     Definisi Organisasi (Organization)
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern maupun ekstern. Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian.
Organisasi merupakan suatu pola kerja sama antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Wexlwy and Yulk (dalam Kasim, 1993 : 1)
James D. Mooney memberikan definsi tentang organisasi adalah suatu bentuk dari setiap kerja sama manusia dalam mencapai tujuan bersama (the form of every human assosiation for attainment of a common purpose).
Chester I. Bernard memberikan pengertian organisasi yaitu suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Lain lagi dengan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly dalam bukunya Organization memberikan definisi organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan masyarakat untuk berserkat dalam mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan.
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan. Jadi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan yaitu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan yaitu gambaran skematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang yang terlibat dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
             1.     Adanya tujuan bersama yang telah ditetapkan
             2.     Adanya kerjasama dua orang atau lebih
             3.     Adanya pembagian tugas-tugas yang diatur dengan hak, kewajiban, dan tangggung jawab
             4.     Adanya kehendak untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan, secara individu tujuan tidak dapat tercapai
C.    Struktur Organisasi
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Bentuk dari adanya pembagian tugas tersebut dapat digambarkan kedalam suatu struktur organisasi atau bagan organisasi. Bagan organisasi adalah suatu susunan skematis yang menunjukkan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-posisi dalam organisasi, dan bagaimana mereka saling berhubungan.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
                  1.            Strategi organisasi pencapaian tujuan.
                  2.            Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan membedakan bentuk struktur organisasi.
                  3.            Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur perusahaan.
                  4.            Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.
Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
                  1.            Spesialisasi kegiatan
                  2.            Koordinasi kegiatan
                  3.            Standarisasi kegiatan
                  4.            Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
                  5.            Ukuran satuan kerja
D.    Bagan Organisasi
Struktur organisasi akan nampak menjadi jelas dan tegas apabila di sajikan dalam bentuk gambar pada bagan organisasi. Bagan organisasi adalah gambar struktur organisasi yang ditunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang disusun menurut kedudukannya yang masing-masing memuat fungsi tertentu dan satu sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran wewenang.
 Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Kegunaan bagan organisasi adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1.         Besar kecilnya organisasi
2.         Garis-garis saluran wewenang
3.         Berbagai macam saluran organisasi yang ada
4.         Rincian aktivitas masing-masing satuan organisasi
5.         Setiap jabatan yang ada
6.         Rincian tugas para pejabat
7.         Jumlah pejabat
8.         Foto pejabat
9.         Kedudukan setiap pejabat
10.     Untuk menilai apakah suatu organisasi telah menerapkan asas organisasinya dengan baik
Bagan organisasi berdasarkan bentuk dapat dibedakan menjadi delapan macam yaitu:
1.         Bagan piramid: Bentuk ini yang paling banyak diguakan, karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2.         Bagan mendatar
3.         Bagan menegak: agak menyerupai bentuk piramid, yaitu dalam pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak sepenuhnya.
4.         Bagan lingkaran
5.         Bagan setengah lingkaran
6.         Bagan elips
7.         Bagan setengah elips
8.         Bagan sinar
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama. Bagan ini menggambarkan lima aspek utama struktur organisasi, yaitu :
1.            Pembagian kerja
2.            Rantai perintah
3.            Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4.            Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan
5.            Tingkatan manajemen

E.     Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
                              1.            Pembagian kerja
                              2.            Rantai perintah
                              3.            Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
                              4.            Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
                              5.            Tingkatan manajemen
Pedoman organisasi terdiri dari empat asas, yaitu :
1.              Asas Koordinasi, dimana pembagian tugas dalam organisasi harus selalu ditunjukkan adanya saling hubungan (Interelasi) antar bagian dalam rangka mencapai tujuan bersama. Sebab tujuan dari masing-masing bagian tidak boleh saling bertentangan dengan tujuan bersama, tapi harus menopang tujuan yang lebih tinggi tingkatannya.
2.              Asas Hirarki, dimana tujuan bersama yang cukup besar perlu adanya pembagian tugas yang lebih terperinci berupa tugas-tugas antara atau bagian yang lebih kecil yang menopang tugas yang lebih tinggi tingkatannya.
3.               Asas Batas Kendali (Span of Control), dimana semakin banyak bawahan yang harus dikendalikan, diawasi dan dikoordinasi, makin banyak yang tidak dapat dikendalikan, karena makin banyak yang berada diluar batas pengendaliannya
4.              Asas Kesatuan Komando, yaitu adanya seorang atasan saja yang membawahi beberapa orang bawahan, diharapkan akan terhindar dari tumpang tindih tugas yang harus dilaksanakan.
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
                              1.            Bentuk Piramidal, merupakan bentuk yang paling sering digunakan, sederhana, dan mudah dimengerti
 
                              2.            Bentuk Vertikal, hampir sama dengan bentuk piramidal dalam pelimpahan kekuasaan

                              3.            Bentuk Horisontal, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan

                              4.            Bentuk Melingkar atau Sirkular, menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain

F.     Macam-macam Bentuk Organisasi
Pembedaan yang paling penting dari cara pembagian perbedaan atas dasar wewenang, tanggung jawab, serta hubungan kerja yang terjadi di dalam organisasi yang bersangkutan. Atas dasar hal-hal di atas maka terdapat beberapa jenis organisasi, yaitu :
1.      Organisasi Garis (line organization)
Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
Kebaikannya :
a.       Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
b.      Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan.
c.       Proses pengambilan keputusan cepat.
d.      Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
e.       Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
a.       Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
b.      Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
c.       Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2.      Organisasi Garis dan Staf (line and staf organizaio)
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
a.       Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan perusahaan.
b.      Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adaya staf ahli.
c.       Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan menjadi suatu spesiali-sasi.
d.      Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
e.       Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu tangan.
f.       Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
g.      Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
a.       Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling mengenal.
b.      Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda.
c.       Kesatuan komando berkurang.
d.      Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan tugas.
3.      Organisasi Fungsional (functional organizatio)
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikannya :
a.       Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.
b.      Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
c.       Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
d.      Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
a.       Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
b.      Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
c.       Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.
4.      Organisasi Matriks
Karyawan berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada dua atasan baik secara vertikal maupun horizontal, sedangkan garis komando divisional digambarkan oleh garis vertikal. Oleh karena itulah maka organisasi matriks disebut sebagai sistem multi komando, dimana dalam hal ini seperti halnya dalam matematika ada garis-garis vertikal (kolom) dan ada pula garis horizontal yang menunjukkan baris.
                        Kebaikan :
a.       Memiliki fleksibilitas yang tinggi
b.      Mendorong kerja sama multi disipliner
c.       Terjadi pengembangan karyawan
d.      Pucuk pimpinan lebih leluasa untuk membuat perencanaan
e.       Motivasi dan keterlibatan karyawan menjadi lebih besar

Keburukan :
a.       Ada kemungkinan untuk menjadi anarkhi
b.      Mendorong adanya penyelundupan
c.       Biasanya cenderung untuk bersifat biaya tinggi
d.      Sering terjadi kekaburan tanggung jawab
5.      Organisasi Panitia (commitee organization)
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
a.       Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan terperinci.
b.      Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
c.       Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
a.       Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.
b.      Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
c.        Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor kreatifitas lebih dipentingkan.
Analisis Organisasi Pelayanan Kesehatan
·           Organisasi Pelayanan Kesehatan
Nama Organisasi          : Rumah Sakit Paru Jember
Alamat                           : Jalan Nusa Indah No. 28 Desa Pialangan, Kecamatan Kalisat,jember
Telepon                         : 0331-411570, 0331-411781, 0331-421078, 0331-425315
Dalam perencanaan operasional suatu organisasi, terdapat Visi dan Misi organisasi.
Visi adalah suatu keadaan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Misi adalah Penjabaran dari visi melalui tindakan.
Visi  dan Misi Rumah Sakit Paru Jember
·         Visi
Visi Rumah Sakit Paru Jember mewujudkan “WORLD CLASS HOSPITAL”. “World Class Hospital” mengandung arti seluruh Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Paru Jember berstandar Internasional.
·         Misi
Misi Rumah Sakit Paru Jember adalah:
1.      Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sistem respirasi dan sistem sirkulasi pembuluh darah secara paripurna.
2.      Menyelenggarakan manajemen dan peningkatan kualitas sumber daya terutama sumber daya manusia.
3.      Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayan kesehatan sistem respirasi dan sistem sirkulasi pembuluh darah.
4.      Mengembangkan sistem informasi dan jaringan/networking berbasis IT.
Tujuan Rumah Sakit Paru Jember
1.    Tujuan umum:
Untuk meningkatkan kinerja Rumah Sakit Paru Jember dan mutu layanan kesehatan kepada masyarakat sesuai standar Akreditasi dan ISO 9001-2000 dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberi fleksibilitas dalam pengelolaan keungan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis pelayanan kesehatan yang sehat.
2.      Tujuan Khusus:
a.       Peningkatan kinerja Rumah Sakit Paru Jember dan mutu layanan kesehatan kepada masyarakat
b.             Terwujudnya fleksibilitas dalam pengelolaan keungan Rumah Sakit Paru Jember
c.              Terciptanya pengelolaan keungan Rumah Sakit Paru Jember yang efektif, efisien, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan penerapan praktik bisnis yang sehat
d.             Terpenuhinya kebutuhan Operasional Rumah Sakit Paru Jember dengan cepat.


Struktur Organisasi Rumah Sakit Paru

Susunan Organisasi P2K
 Bagan Organisasi Rumah Sakit Paru
-        Tahun 1958-1963 Dipimpin oleh                    : dr. M. Kazan
-        Tahun 1963-1975 Dipimpin oleh                    : dr. R Armand S
-        Tahun 1975-1990 Dipimpin oleh                    : dr. Lukas P
-        Tahun 1990-1998 Dipimpin oleh                    : dr. Wathoni T
-        Tahun 1998-2002 Dipimpin oleh                    : dr.H.R.A.Barkah, MM
-        Tahun 2002 sampai saat ini Dipimpin oleh     : dr.IGN Arya Sidemen, S.E, M.PH

Bentuk Organisasi
Dilihat dari bagan organisasi diatas, organisasi yang dianut oleh Rumah Sakit Paru merupakan organisasi bentuk garis dan staf  karena wewenang dari atasan disalurkan secara langsung  kepada bawahan dan yang berhak memberikan perintah hanyalah pimpinan, sedangkan staf hanya sebagai pembantu pimpinan . Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di tujukan kepada atasan yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang memakai struktur ini adalah organisasi yang mulai  berkembang, memerlukan bantuan dari orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu. Sedangkan dilihat dari sudut kepemilikannya merupakan organisasi milik pemerintah. Dilihat dari sudut bidang kegiatannya merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan dan berbasis masyarakat. Dilihat dari sudut jumlah pimpinan, organisasi ini merupakan organisasi tunggal.
Bagan organisasi ini berbentuk piramid karena mempunyai satu atasan yang membawahi beberapa bagian dan bagian tersebut memiliki sub bagian sehingga dilihat dari bentuknya hampir sama dengan bentuk piramid.
Dilihat dari sudut pandang asas, Rumah Sakit Paru  menganut asas komando  karena adanya seorang atasan saja yang  membawahi beberapa orang bawahan
 REFERENSI
Adikoesoemo.2003. Manajemen Rumah Sakit.Jakarta : Pustaka  Sinar Harapan
Asrul, Azwar.1988. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta : Binarupa Aksana
Rais, Soenyoto.1994.Pengelolaan Organisasi. Surabaya: Airlangga University Press
Gitosudarmo, Indriyo.1996.Prinsip Dasar MANAJEMEN Edisi3.Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA