1.1
Pengertian
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY)
merupakan defisiensi yodium yang berlangsung
lama akibat dari pola konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium
sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan
menyebabkan kelenjar membesar sehingga menyebabkan gondok.
Yodium
sendiri adalah adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah
maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia Yodium diperlukan untuk
membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa.
Defisiensi
yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi
tetraiodotironin/T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu sekresi Thyroid
Stimulating Horrmon (TSH) yang selanjutnya menyebabkan kelenjar tiroid bekerja
lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar (hiperplasi). Pada saat ini
efisiensi pemompaan yodium bertambah yang dibarengi dengan percepatan pemecahan
yodium dalam kelenjar.
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY)
merupakan suatu gangguan yang mempunyai pengertian yang lebih luas, karena
memnerikan gambaran klinik yang lebih luas, sehingga gangguan tersebut lebih
sesuai bila disebut sebagai Iodine
Deficiency Disorders.
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada
tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai
stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan
pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. (Supariasa,
2002).
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembesaran kelenjar gondok
(kelenjar tiroid) dan diderita oleh sejumlah besar penduduk yang tinggal di
suatu daerah tertentu.
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah
sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kekurangan yodium pada masa kehamilan dan awal kehidupan
menyebabkan perkembangan otak terhambat. Titik paling
kritis GAKY adalah trimester ke-2 kehamilan sampai dengan 3 tahun setelah lahir. GAKY merupakan salah satu penyebab kerusakan otak yang dapat
dicegah.
1.2
Prevalensi
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia. Gaky diketahui mempunyai kaitan erat dengan gangguan perkembangan
mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi masalah
Gaky, akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia.
Oleh
karena banyaknya prevalensi Gaky dalam suatu wilayah, maka disepakati suatu
istilah yakni Endemic Goiter, yang didefinisikan pembesaran kelenjar tiroid
yang terdapat dalam satu populasi /daerah.
Survei
yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2003 (kecuali di Naggroe Aceh Darussalam
dan Papua), didapatkan 8,8% kabupaten / kota endemik berat, 12,2% kabupaten /
kota endemik sedang, 35,7% endemik ringan, dan 43,3% termasuk non endemik.
Walupun terjadi penurunan yang berarti, GAKY masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, karena secara umum prevalensinya masih di atas 5%.
Salah
satunya adalah Propinsi Maluku. Propinsi Maluku yang merupakan daerah kepulauan
yang dikelilingi lautan luas yang kaya akan hasil laut yang merupakan sumber
yodium. Namun Maluku menjadi daerah endemik berat gondok yang tersebar di
seluruh kabupaten.
Angka
prevalensi gondok atau Total Goiter Rate (TGR) di Maluku tertinggi nomor dua di
Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur. Prevalensi TGR di Maluku dari tahun ke
tahun terus meningkat. Tahun 2008 sebesar 33,9% dan tahun 2009 sebesar 37,3%
(DinKes Kab Maluku Tengah, 2009).
Masalah
GAKY sudah menjadi masalah serius karena diperkirakan pada saat ini terdapat
sekitar 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah miskin yodium. Prevalensi
penderita GAKY hasil survey Nasional Gondok Endemik 1980-1982, diperkirakan di
Indonesia kini telah terjadi defisit tingkat kecerdasan sebesar 140 IQ points.
Defisit tersebut diyakini sebagai penghambat kelancaran wajib belajar sembilan
tahun.
Lebih
jauh lagi telah diidentifikasikan bahwa para penderita GAKY memiliki
produktivitas yang rendah sehingga dapat mengurangi penghasilan 15%. Selain
itu, Hasil Riskesdas 2010 GAKY masih dianggap masalah kesehatan
masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5% dan bervariasi antar
wilayah, dimana masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas
30%. Diperkirakan sekitar 18,16 juta penduduk hidup di wilayah endemik
sedang dan berat; dan 39,24 juta penduduk hidup di wilayah endemis ringan.
Di
daerah Jember survei tahun 1998 menunjukkan bahwa dari 31 Kecamatan terdapat 3
kecamatan non endemik gondok, 17 kecamatan endemik ringan, 5 kecamatan endemik
sedang, dan 6 kecamatan merupakan endemik gondok berat.
Kecamatan
Puger adalah salah satu daerah endemik gondok berat. Survei yang telah
dilakukan pada tahun 2002, diketahui bahwa siswa SD di kecamatan Puger
prevalensi GAKY sebesar 47,50%, dengan distribusinya 15,83% terjadi di daerah
pegunungan kapur, 20,83% di daerah pantai, dan 10,83% di daerah pertanian.
1.3
Klasifikasi
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
1.
Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun
tengadah maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba.
2.
Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun
penderita tengadah maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir
ibu jari penderita.
3.
Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat,
tetapi terlihat dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar
dari Grade IA.
4.
Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi
datar dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
5.
Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6
meter atau lebih.
Urutan
pemeriksaan kelenjar gondok adalah sebagai berikut :
a.
Orang
(sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa
b.
Pemeriksa
melakukan pengamtan di daerah leher depan bagian bawah terutama pada lokasi
kelenjar gondoknya
c.
Amatilah
apakah ada pembesaran kelenjar gondok (termasuk tingkat II atau III)
d.
Kalau
bukan, sampel disuruh menengadah dan menelan ludah. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar gondok atau bukan. Pada
gerakan menelan, kelenjar gondok akan ikut terangkat keatas.
e.
Pemeriksa
berdiri di belakang sampel dan lakukan palpasi. Pemeriksaan meletakkan dua jari
telunjuk dan dua jari tengahnya pada masing-masing lobus kelenjar gondok.
Kemudian lakukan palpasi dengan meraba dengan kedua jari telunjuk dan jari
tengah.
f.
Menentukan
(mendiagnosis) apakah orang/sampel menderita gondok atau tidak. Apabila salah
satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas terakhir ibu jari orang
yang diperiksa, berarti orang tersebut normal. Apabila salah satu atau kedua
lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir ibu jar orang yang diperiksa maka
orang tersebut menderita gondok.
Dalam
melakukan palpasi gondok, pemeriksa harus memperhatkan kondisi sebagai berikut
:
a.
Cahaya
hendaknya cukup menerangi bagian leher orang yang diperiksa
b.
Pada
saat mengamati kelenjar gondok, posisi mata pemeriksa harus sejajar
(horisontal) dengan leher orang yang diperiksa
c.
Palpasi
(perabaan) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau terlalu lemah.
Tekanan yang terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar masuk atau pindah ke
bagian belakang leher, sehingga pembesaran tidak teraba.
1.4
Daerah Endemik Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY)
Istilah
gondok endemik/endemik gondok digunakan jika suatu daerah/wilayah ditemukan
banyak penduduk dengan mengalami pembesaran
kelenjar gondok. Bila > 10 % penduduk
di suatu daerah menderita pembesaran
kelenjar gondok, maka daerah tersebut
merupakan daerah endemik gondok.
1.
Daerah
endemik gondok adalah suatu daerah / wilayah yang berdasarkan data Nasional
dikategorikan sebagai gondok endemik berat.
2.
Daerah
non endemik gondok adalah suatu daerah / wilayah yang berdasarkan data Nasional
tidak dikategorikan sebagai gondok endemik berat. Klasifikasi daerah endemik
gondok adalah sebagai berikut:
a.
Endemik
Gondok Ringan : 10 - 19 % penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok
b.
Endemik
Gondok Sedang : 20 - 29 % penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok
c.
Endemik
Gondok Berat : > 30 % penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok
Daerah yang banyak dijumpai penderita
gondok adalah daerah-daerah yang terpencil, di gunung dan jauh dari laut.
Secara geografis di derita oleh penduduk
yang mendiami 3 macam daerah, antara lain:
1)
Daerah
pegunungan
2)
Daerah
yang belum lama berselang ditutupi es
3)
Daerah
dimana air minum penduduk bersumber dari batu kapur (Joko Moelyanto, 1990).
Namun akhir-akhr
ini daerah pantai atau pesisir dapat menjadi daerah endemic gondok. Penentuan Tingkat Endemisitas, dapat dengan
cara :
a.
Total Goitre Rate (TGR) adalah angka
prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar
gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR
digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas GAKY
b.
1.5
Penyebab Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY)
GAKY dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain:
1.
Defisiensi
Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya
masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses
adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman
yang dikonsumsinya.
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang
dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh
masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah
yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi
hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.
2.
Lokasi
(Geografis dan non geografis)
Faktor lokasi
dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan kandungan yodium
yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum banyak ditemukan di
daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang berada dilapisan
tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat
tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan
tidak ada.
3.
Asupan Energi
dan Protein
Gangguan akibat
kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan oleh asupan energi
yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari asupan protein. Protein
(albumin, globulin, prealbumin) merupakan alat transport hormon tiroid. Protein
transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai
cadangan hormon.
Dengan adanya
defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap dalam sintesis
hormon tiroid terutama tahap transportasi hormone (Djokomoelyanto, 1994).
4.
Pangan
Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang
dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung zat goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik
oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses
tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada dua jenis zat goitrogenik yang
berasal dari bahan pangan yaitu:
a.
Tiosianat
terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan jewawut,
singkong
b.
Isotiosianat
terdapat pada kobis.
Berdasarkan
mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses sintesis hormon dan
kelenjar tiroid trhadap bahan – bahan goitrogenik. Bahan tersebut adalah:
a.
Kelompok
tiosianat, dimana mekanisme kerjanya memperngaruhi transportasi yodium.
Misalnya : rebung, ubi jalar.
b.
Kelompok
tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi oksidasi, organofikasi,
dan coupling.
Misal: bawang merah, bawang putih, bassica dan yellow turnips.
c.
Kelompok
akses iodida, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi protealisis, pelepasan, dan halogenasi misalnya gangguan asupan
yodium lebih dari 2 gram sehari, akan menghambat sintesis dan pelepasan hormon
(Djokomoelyanto, 1994).
5.
Genetik
Faktor genetik
dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY dan mempunyai
kecenderungan untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid. Faktor genetic banyak
disebabkan karena keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.
Penyebab genetic
lain adalah sejumlah cact metabolic yang diturunkan, yang melukiskan
kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon tiroid. Cacat ini adalah
cacat pada pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat perangkaian,
defisiensi deiodinasi, dan produksi protein teriodinasi yang abnormal.
1.6
Gejala
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
Gejala yang
sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti :
1.
Reterdasi mental
2.
Gangguan pendengaran
3.
Gangguan bicara
4.
Hipertiroid (Pembesaran Kelenjar Tiroid/Gondok)
5.
Kretinisme biasanya pada anak-anak
1.7
Dampak yang
ditimbulkan Gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY)
GAKY
tidak hanya menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tetapi juga berbagai macam
gangguan lain. Kekurangan yodium pada ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan
abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatkan angka kematian
prenatal, melahirkan bayi keratin. Kekurangan yodium yang diderita anak-anak
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan
perkembangan fisik.
Pada
orang dewasa berakibat pada pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan
gangguan mental. Kekurangan yodium pada tingkat berat dapat mengakibatkan cacat
fisk dan mental, seperti tuli, bisu tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan
lemah, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu. Akibat yang sangat
merugikan adalah lahirnya anak kretin. Kretin adalah keadaan seseorang yang
lahir di daerah endemic dan memiliki dua atau lebih kelainan-kelainan berikut :
a.
Perkembangan
mental terhambat.
b.
Pendengaran
terganggu dan dapat menjadi tuli.
c.
Perkembangan
saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas, mata juling, gangguan
bicara sampai bisu dan reflek fisiologi yang meninggi.
GAKY
Merupakan salah satu masalah kesmas yg serius, karena dampaknya mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kualitas SDM, yang meliputi 3 aspek :
1
aspek perkembangan
kecerdasan.
2
aspek perkembangan
sosial.
3
aspek perkembangan
ekonomi.
Pembesaran
kelenjar gondok Struma simplex ini
adalah suatu pembesaran kelenjar tirois yang timbul sebagai akibat rendahnya
konsumsi yodium. Semakin berat tingkat kekurangan yodiumnya, semakin besar
ukuran kelenjarnya serta semakin berat komplikasi yang ditimbulkannya.
Kekurangan
yodium padaibu hamil akan menyebabkan kretin pada bayi yang akan dilahirkannya.
Slain itu juga akan disertai dengan kerusakan susunan syaraf pusat dan hipotirodisme. Secara klinis kerusakan
susunan syaraf pusat akan berupa retardasi, gangguan pendengaran sampai bisu
tuli, gangguan neuromotor seperti
gangguan bicara, dll.
Masalah
besar lain yang diakibatkan oleh GAKY adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan intelektualitas. Pada ibu hamil dengan GAKY berat akan melahirkan
anak cebol dengan intelektualitas yang rendah.
Dampak
sosial lain yang lebih besar yaitu sulitnya penderita untuk dididik san
dimotivasi karena rendahnya perkembangan mentalsehingga apabila berada dalam
lingkungan yang buruk akan lebih cepat terpengaruh atau terlibat kriminalitas.
Berikut
adalah table dari dampak Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) :
1.8
Program Penanggulangan Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
1.8.1 Tujuan
utama program penanggulangan GAKY :
1.
Menurunkan angka gondok total/TGR.
2.
Mencegah munculnya kasus kretin pd
bayi baru lahir di daerah endemik sedang dan berat.
Dengan cara :
a.
Peningkatan konsumsi garam beryodium.
b.
Distribusi kapsul yodium pada
kelompok sasaran yg berisiko.
c.
Peningkatan pengadaan garam
beryodium.
d.
Pemantauan status yodium di masyarakat.
e.
Pemantapan koordinasi lintas sektor
dan penguatan kelembagaan penanggulangan GAKY.
Untuk
mencapai tujuan dari program penang-gulangan GAKY perlu ditetapkan strategi
yang tepat. Strategi dibagi sesuai dengan daerah produksi garam dan konsumsi
garamnya. Rincian strategi terbagi dalam 4 kategori, seperti pada tabel berikut
:
1.8.2
Program Penanggulangan
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) berdasarkan waktu
1.8.2.1
Jangka pendek:
Program
distribusi kapsul yodium (200 mg/kapsul) bagi
masyarakat di daerah endemik sedang dan berat. (dulu diberikan dlm
bentuk suntikan).
1.8.2.2
Jangka Panjang:
a.
Yodisasi garam utk seluruh masyarakat
(Universal Salt Iodization).
b.
Peningkatan konsumsi aneka ragam
bahan pangan yg bersumber dari laut.
c.
Penurunan konsumsi pangan goitrogenik.
d.
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE).
e.
Fortifikasi.
1.9
Gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) dan Indonesia
Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY
difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Maka tujuan penanggulangan
GAKY ini adalah Pencapaian dan pelestarian Universal Salt Iodization (Garam
beryodium untuk semua) pada tahun 2010. Dengan tujuan khusus:
1.
Peningkatan
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (≥30ppm).
2.
Pelestarian
konsumsi garam beryodium cukup pada semua rumah tangga di seluruh
kabupaten/kota.
Target
yang harus dicapai dalam program penanggulangan GAKY ini yaitu:
1.
90%
rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (≥30 ppm) secara nasional,
propinsi dan kabupaten/kota.
2.
Median
EYU secara rata-rata nasional propinsi dan kabupaten/kota adalah 100-299 µg/L.
Dasar
Hukum dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan GAKY, salah satunya adalah p
rogram yodisasi garam. Program yodisasi garam telah dirintis sejak tahun 1977
yang diperkuat dengan adanya:
1.
Keputusan
Presiden nomor 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium.
2.
Undang-Undang
Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999, yang bertujuan menjamin status
kesehatan warganegara.
3.
Peraturan
Pemerintah nomor 15 tahun 1991 tentang
Standar Nasional Indonesia.
4.
Peraturan
Pemerintah nomor 8 tahun 2008, tentang
perencanaan pembangunan daerah sesuai
dengan situasi otonomi daerah.
5.
Surat
Keputusan Menperind nomor 29/M/ SK/2/1995 tentang Pengesahan SNI dan penggunaan
tanda SNI wajib pada 10 produk industry.